RADARKALTENG.COM, PURUK CAHU – Pabrik karet milik Perusahaan Daerah (Perusda) Petak Malai Buluh Merindu yang merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), sering terlihat sepi dan terkesan tak terawat.
Pasalnya harga yang yang ditawarkan pabrik dinilai masih rendah. Sehingga, petani dan pekebun karen lebih memilih menjual kepada tengkulak. Padahal pabrik yang diresmikan dan operasional beberapa buan lalu ini, dimaksudkan untuk membantu masyarakat menambah penghasilan dengan memberikan program pengolahan serta harga lebih tinggi dari tengkulak.
Salah satu warga Desa Sumpoi, Kecamatan Murung, Siswanto mengatakan, bahwa program dan harga yang ditawarkan oleh pabrik karet waktu itu memang cukup menjanjikan.
“Harga yang mereka tawarkan ke kita Rp6.500 per kilo, tapi harus diantar ke pabrik. Sedangkan tengkulak, membeli dari kita Rp6.000 per kilo dan mereka yang ngambil di kebun. Jadi kami lebih memilih jual ke tengkulak saja,” ujarnya, Kamis (01/11/2018).
Dia berharap, jika Perusda beroperasi lagi hendaknya dapat mengubah sistem kerjanya. “Kalau menggunakan sistem ada uang ada barang, masyarakat merasa kesulitan dengan perhitungan seperti itu,” tuturnya.
Menurutnya jika mau membantu petani karet, maka harga yang ditawarkan pabrik paling tidak bisa melebihi standar. “Petani kita disini memerlukan modal kerja. Kalau dikasih pinjaman dulu, kami bisa membeli keperluan sambil bekerja mengumpulkan karet untuk pihak pabrik,” katanya. (mra/rk1)
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *
Copyright © Radar-Kalteng.com