PADA malam itu, lantunan bunyi alat musik tradisional dari Kabupaten Barito Selatan (Barsel), ‘membungkam’ riuhnya suara ratusan penonton yang berada di Riverside Convention Center Denpasar Bali.
Bunyi musik yang kental dengan suara suling, gendang, gong dan kangkanung, membuat suasana berubah menjadi mistis. Para penonton dan perwakilan dari seluruh provinsi di Indonesia yang mendengarkan hal tersebut, kagum hening seketika.
Tampak dari belakang panggung munculah sepasang putra dan putri pariwisata wakil Kalimantan Tengah (Kalteng), dengan gerakan anggun, lincah dan enerjik mengikuti alunan musik. Sepasang putra putri wakil Kalteng tersebut, membawakan tarian Dadas Bawo, yang berasal dari Suku Dayak Ma’anyan, Barsel. Dengan mengenakan baju adat, gelang dadas, lilin dan aksesoris lainnya, kedua muda mudi tersebut menari dengan indah, hingga membuat para juri dan penonton takjub.
Tarian Dadas Bawo adalah tarian pedalaman suku Dayak, yang berguna memohon kesembuhan bagi mereka yang sakit, kepada Ranying Hatala Langit (Tuhan). Namun saat ini tarian tersebut digunakan bukan hanya untuk pengobatan, tetapi ditampilkan pada acara perkawinan, penyambutan tamu dan menjadi hiburan dalam acara pentas seni.
Dengan gerakan serta tatapan penuh aura mistis, pasangan tersebut menggerakan tangan hingga gelang dadas yang mereka kenakan menimbulkan suara harmonis, serentak dengan bunyi alat musik yang dimainkan. Setelah beberapa menit melakukan tarian Dadas Bawo, dihadapan para juri dan ratusan penonton. Sang wanita yang mengenakan baju warna kuning emas dan rok warna hijau, serta sang pria menggunakan pakaian didominasi warna merah, melakukan atraksi dengan mengaitkan kedua belah kakinya ke leher. Lalu sang wanita mengibas-ngibaskan daun tanda pengobatan dan akhirnya menutup tarian tersebut, mereka berdua menyemburkan serbuk ke lilin, sehingga membuat kobaran api yang cukup besar. Yang membuat para juri dan penonton, bertepuk tangan dengan meriah menyaksikan pertunjukan bakat tersebut.
Salah satu penilaian dari unjuk bakat dengan membawakan tarian daerah Dadas Bawo tersebutlah, yang mengantarkan putri asal Barsel, Yosia Shintabella meraih prestasi membanggakan. Dengan terpilih menjadi Putri Pariwisata Indonesia tahun 2019, menyisihkan puluhan wakil dari provinsi se Indonesia. Yang pemilihannya dilaksanakan di Kota Denpasar, Bali, pada (16/11) lalu
Hal tersebut juga tidak lepas dari sinergitas PT Adaro dan Pemerintah Kabupaten Barito Selatan (Barsel), dalam pemberdayaan masyarakat. PT Adaro Indonesia, bukan hanya memberikan bantuan berupa Corporate Social Responsibility (CSR), terkait program peningkatan ekonomi kepada masyarakat Barito Selatan. Namun juga, memberikan bantuan kepedulian berupa uang pembinaan kepada Sanggar Budaya Dayak Ranu Mareh, yang berada di Desa Mabuan, Kecamatan Dusun Selatan, Barsel.
Dari bantuan PT Adaro Indonesia itulah, Sanggar Budaya Dayak Ranu Mareh yang dulunya sudah terkenal, semakin eksis dan dikenal luas namanya, dari tingkat lokal, nasional bahkan internasional.
Semakin menterengnya nama Sanggar Budaya Dayak Ranu Mareh ditingkat nasional tersebut, setelah pelatih kepala sanggar tersebut terjun langsung, untuk mementori dan melatih pasangan Putra dan Putri Pariwisata untuk mewakili Kalteng. Pasangan tersebut berasal dari Kota Waringin Barat (Kobar) bernama Tony untuk putra dan Yosia Shintabella dari Barito Selatan.
Pasangan tersebut terpilih menjadi wakil Kalimantan Tengah (Kalteng), untuk berlaga di pemilihan Putra dan Putri Pariwisata Indonesia tahun 2019, di Kota Denpasar, Bali. Dengan salah satu unjuk bakatnya, menampilkan tarian Dadas Bawo, yang merupakan tarian asli Barito Selatan. Dan akhirnya dengan pertunjukan memukau, para juri memberikan nilai tertinggi serta memutuskan, pasangan tersebut berhasil menyabet juara I atau juara Nasional sebagai putra dan putri pariwisata Indonesia tahun 2019.
“Kami sangat bersyukur mendapatkan bantuan dari PT Adaro Indonesia, berupa uang pembinaan sebesar Rp 30 juta. Uang tersebut sudah kami gunakan, untuk membuat pakaian penari dan membeli sebagian peralatan musik, yang juga digunakan oleh pasangan Yosia dan Tony, pada ajang unjuk bakat dengan membawakan tarian Dadas Bawo. Hingga akhirnya meraih juara nasional di Bali, beberapa waktu lalu,” kata pelatih kepala atau pemilik Sanggar Budaya Dayak Ranu Mareh, Rustamaji atau yang akrab disapa Kutus, saat dibincangi dikantornya.
Salah satu ASN dari Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan (Poraparbud) Barsel tersebut juga menceritakan, bahwa sebelum mendapatkan bantuan tersebut, pihak PT Adaro Indonesia yang diwakili oleh Bapak Herman dan teman-teman, endatangi tempat Sanggar dirinya, yang berada di Desa Penda Asam, Dusel, Barsel untuk melihat kondisi sanggar serta anggota penari yang dinaungi sanggar tersebut.
“Bapak Herman kaget melihat banyaknya anggota para penari, yang hampir mencapai 500 orang berlatih di sanggar. Yang salah satu anggota penari sanggar nya adalah Yosia, yang menjadi putri pariwisata Indonesia. Namun, beliau juga menyayangkan, lantaran kondisi tempat sanggar yang kurang layak, karena menjadi tempat tinggal sekaligus tempat menyimpan peralatan musik serta peralatan tari lainnya,” ungkapnya.
Sambungnya, melihat keadaan tersebut pihak PT Adaro Indonesia berencana akan memberikan bantuan lagi kepada pihak sanggar, untuk membangunkan tempat sanggar yang layak, dengan syarat pihaknya menyediakan tanah untuk pembangunan.
“Kita juga mengucapkan terima kasih kepada Bupati Barsel dan seluruh stakeholder, yang sudah mendukung dan membantu Sanggar Budaya Dayak Ranu Mareh, hingga bisa menjadi besar seperti sekarang ini. Serta mampu mengharumkan nama daerah ke tingkat nasional maupun internasional. Namun kita juga meminta bantuan, kalau bisa untuk tahun depan dibantu untuk alat transportasi kami, karena kami juga merasa malu apabila mengikuti iring-iringan pejabat, dengan menggunakan mobil colt yang sudah tua atau tidak layak. Karena kami kalau keluar daerah, bukan lagi membawa nama sanggar, melainkan membawa nama daerah,” pintanya.
Sementara itu Kepala Dinas Poraparbud Barsel Dr Manat Simanjuntak mengatakan, sungguh bangga Yosia terpilih menjadi putri pariwisata Indonesia 2019 beserta pasangannya.
“Selama masa karantina dalam pemilihan putra dan putri pariwisata nasional tersebut, kami mengangkat budaya tarian asli daerah Barsel. Belajar tarian Dadas Bawo pasangan tersebut langsung dimentori dan dilatih oleh Bapak Kutus, sebagai pemilik sanggar. Oleh karena itu kami juga mengucapkan banyak terima kasih, atas kepedulian pihak PT Adaro Indonesia, yang sudah membantu memberikan uang pembinaan, sehingga dapat dipergunakan dan mengharumkan nama daerah Barsel,” ucapnya.
Ditempat berbeda, Bupati Barsel H Eddy Raya Samsuri,ST menyambut baik atas kepedulian pihak PT Adaro Indonsesia, dalam komitmennya memberdayakan masyarakat, terkhusus masyarakat Barsel.
“Bantuan dari PT Adaro Indonesia berupa CSR setiap tahunnya kita terima, oleh karena itu kami ucapkan banyak terima kasih. Karena dari bantuan tersebut bisa membantu pembangunan, serta meningkatkan perekonomian masyarakat,” tutupnya. (PENULIS: JULIUS M. SINAGA)
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *
Copyright © Radar-Kalteng.com