RADARKALTENG.COM, BUNTOK – Kejadian memprihatinkan dialami Greni Ersia (30), Warga Desa Asam, Kecamatan Dusun Selatan, Barito Selatan (Barsel). Wanita ini, diduga “disandera” oleh pihak RS Jaraga Sasameh Buntok, karena tidak mampu membayar biaya perobatan usai menggalami keguguran dan pendarahan.
“Istri saya disandera seperti tahanan, pada Rabu (18/04/2018) sekitar pukul 23.00 WIB, karena dijaga oleh tiga orang security dan tiga orang humas. Penyebabnya, lantaran belum mampu membayar biaya tagihan perawatan,” ujar sang sumai, Yoyo (41) saat datang ke Kantor PWI Barsel, Selasa (24/04/2018).
Yoyo membeberkan, pada Rabu (18/4) pagi, istrinya sudah dinyatakan boleh pulang oleh dokter. Namun saat ingin pulang, dirinya kaget lantaran ditagih pembayaran oleh perawat ruangan. Sedangkan dia berpikir, dari awal masuk RS telah dinyatakan gratis. Ini berdasarkan program Bupati Barsel yang menyatakan, setiap warga Barsel diberikan pelayanan gratis sesuai kelas.
“Saya sangat kecewa terhadap kejadian tersebut. Bayangkan, istri saya yang masih mengalami pendarahan usai keguguran, malah tidak diperbolehkan pulang untuk istirahat di rumah. Padahal, aaya sudah menawarkan jaminan,” tutur bapak beranak lima ini.
Sebelumnya, Greni mengalami keguguran, Yoyo lalu mengantarkan sang istri ke Puskesmas Desa Kalahien untuk berobat. Kala itu, dia hanya bermodal KTP dan tidak ada pembayaran atau gratis. “Namun kami dirujuk ke Rumah Sakit Jaraga Sasameh Buntok. Pasalnya, di Puskesmas Kalahien peralatannya tidak lengkap,” terangnya.
Setelah diperiksa di Poli Kandungan, isterinya diminta rawat inap. Pada Selasa (17/04/2018) sekitar pukul 10.00 WIB, Greni masuk Ruangan Meranti Kelas III dengan hanya memberikan KTP. Mengingat program pemerintah daerah setiap warga yang kurang mampu hanya bermodal KTP wilayah Barsel, akan masuk program BPJS Kelas III.
Keesokan harinya, setelah semua proses pengobatan selesai dia dinyatakan bisa keluar. “Begitu ingin meninggalkan rumah sakit, saya diminta untuk membayar karena masuk kategori umum. Saya meminta kebijaksanaan kepada direktur rumah sakit. Namun dijawab sang direktur, aku tidak perlu tahu, saudara harus membayar tagihan sebesar Rp1,3 juta baru bisa keluar,” sebut Yoyo.
Lantaran tidak mampu membayar maka, isterinya disuruh bertahan di ruangan, sejak Rabu (18/04/2018) pagi hingga pukul 20.00 WIB. Saat isterinya buang air kecil, ternyata ranjang tempat pasien dibersihkan. Melihat hal itu, isterinya pun tidak enak lalu duduk dikursi muka ruang perawat.
“Salah satu perawat mengatakan kepada pengantar makanan, agar tidak memberikan ke istri saya karena sudah tidak ditanggung. Pada saat itu istri saya hendak ke luar ruangan mencari angin, datang perawat dan satpam mengatakan ibu tidak boleh keluar karena pengawasan kami takut kabur,” ucapnya sambil mata berkaca-kaca.
Ia mengungkapkan, pada malam itu istrinya tidak karuan rasa karena merasa dijaga oleh pihak security dan humas di muka ruangan. Greni kemudian hanya duduk di kursi depan tempat pelayanan perawat.
Dia tidak berani tidur di dalam ruangan yang penuh pasien lain, karena sudah dinyatakan oleh perawat bahwa tidak ditanggung lagi. “Sampai jam 03.00 WIB subuh, istri saya tidak bisa tidur hanya duduk dikursi, karena merasa tidak enak hati dijaga seperti tahanan hingga pagi hari,” tandasnya.
Pada Kamis (19/4) pagi, Yoyon berusaha mencari uang untuk pembayaran tersebut dengan cara menggandaikan motornya sebesar Rp1,5 juta. Namun setelah membayar, tagihan bertambah dari Rp1,3 juta menjadi Rp1,7 juta. Dirinya pun mempertanyakan, kenapa bisa bayar padahal pihaknya masuk diminta KTP dimasukan ke program BPJS sesuai program Bupati dan Wakil Bupati Barsel.
“Saya juga bingung, kenapa pembayaran bisa bertambah. Namun akhirnya kita bayarkan, lantaran istri Saya sudah tidak tahan disandera di ruangan tersebut tanpa diberikan pelayanan apapun. Saya berharap, kedepannya pelayanan di rumah sakit khususnya untuk keluarga tidak mampu jangan terulang lagi. Cukup kami saja yang diperlakukan seperti ini,” ujarnya.
Sementara itu saat dikonfirmasi, Bagian Humas Rumah Sakit Jaraga Sasameh Buntok, Noorhalidah SKM, membenarkan bahwa ada beberapa orang security dan bagian humas berada di sekitar Ruangan Meranti tersebut.
“Benar ada beberapa orang security dan humas yang kita perintahkan ke ruangan tempat pasien dirawat. Namun itu bukan untuk menjaga pasien kalau kabur. Melainkan, menjaga hal-hal yang tidak diinginkan apabila terjadi antara perawat dan keluarga pasien,” pungkasnya. (jms/ndi)
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *
Copyright © Radar-Kalteng.com