FOTO BERSAMA - Kepala UPT-KPHP Katingan Hulu Unit XVII, Kristianto, S.Hut, M.Si bersama narasumber dan peserta Sekolah Lapang, Kamis (05/10/2023). (FOTO: IST)
KASONGAN – Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah melalui UPT KPHP Katingan Hulu Unit XVII menggelar Sekolah Lapang, Kamis (05/10/2023). Adapun materi yang disampaikan pada kegiatan berlangsung selama tiga hari, sejak 5 -7 Oktober 2023 tersebut adalah mengenai Budidaya Jamur Tiram Secara Sederhana dan Pengelolaan Limbah Pembukaan Lahan Menjadi Produk Asap Cair (Wood Venegar) Berbasis Masyarakat.
Untuk materi dan praktik terkait Budidaya Jamur, disampaikan oleh Budi Yanto dari Kelompok Tani Hutan (KTH) Rumah Cendawan Palangka Raya. Sementara terkait Asap Cair atau Cuka Kayu, narasumbernya adalah Budiono dari DAOPS Manggala Agni Kalimantan I.
Saat membuka kegiatan, Kepala UPT-KPHP Katingan Hulu Unit XVII, Kristianto, S.Hut, M.Si mengatakan bahwa budidaya jamur saat ini memiliki prospek usaha yang bagus. Selain mengisi waktu luang juga, akan mendapatkan tambahan penghasilan. “Banyak jenis jamur yang dapat dibudidayakan di rumah, salah satunya adalah jamur tiram atau Pleurotus Ostreatus,” ujarnya.
Menurut dia, Jamur tiram belakangan ini menjadi salah satu komoditas yang banyak diperdagangkan di pasaran. Bahkan, jamur ini sudah jadi bagian konsumsi masyarakat sehari-hari, bersanding dengan sayuran hijau. “Hal ini pula yang membuat jamur tiram banyak dibudidayakan. Karena, berbisnis jamur tersebut memiliki prospek yang cemerlang dan menjanjikan untung cukup lumayan,” sebut Kristianto.
Dia mengungkapkan, bahwa jenis-jenis Jamur Tiram yang telah di budidayakan adalah Jamur tiram abu-abu, Jamur tiram Merah, Jamur tiram Putih dan Jamur tiram Kuning. “Proses Budidaya Jamur Tiram Secara Sederhana terbagi dalam beberapa tahapan. Mulai dari penyiapan media tanam atau kompos, pencampuran, pewadahan, sterilisasi, inokulasi atau pembibitan, Inkubasi atau pemeraman, penumbuhan dan panen jamur,” jelasnya.
Untuk media yang dapat digunakan beragam, antara lain jerami, serbuk gergaji enceng gondok dan limbah perkebunan sawit berupa janjangan kosong. Sementara untuk formulasi media tanam Jamur Tiram adalah serbuk kayu gergaji, bekatul/dedak, kapur dan air. “Untuk pengolahan hasil produk Jamur Tiram, bisa dibuat crispy jamur, pepes jamur dan sate jamur,” katanya.
Adapun hal-hal yang mendorong peluang usaha budidaya Jamur Tiram, antara lain harganya relatif mahal. Sedangkan biaya produksi seperti serbuk,dedak dan kapur mudah didapat dan murah. Budidayanya tidak mengenal musim, jadi bisa menghasilkan keuntungan terus-menerus sepanjang tahun.
Selain itu, modal investasi yang diperlukan tidak besar sehingga sisa diusahakan sampingan atau usaha penopang keluarga. Pasarnya jelas, karena dikonsumsi masyarakat setiap hari. Pemeliharaannya tidak begitu rumit, jadi tidak banyak menyita waktu. Kondisi Iklim kita cocok dan baik, budidayanya tidak menimbulkan pencemaran. Bahkan limbah media dapat digunakan sebagai pupuk,” terang Kristianto.
Sementara terkait Asap Cair, merupakan hasil destilasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran tidak langsung maupun langsung dari bahan yang banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa serta senyawa karbon lainnya. “Bahan baku yang banyak digunakan antara lain berbagai macam jenis kayu, bongkol kelapa, tempurung kelapa, sekam atau serbuk gergaji dan lain sebagainya. Termausk pula limbah-limbah dari pembukaan lahan,” jelasnya.
Untuk proses produksi Asap Cair, bisa menggunakan Tungku Pirolisator. Pertama, lewat proses Pirolisis yakni penguraian material berserat pada suhu tinggi tanpa kontak langsung dengan udara untuk menghasilkan arang dan larutan pirognate. Kemudian Kondensasi, yakni dengan mengubah suatu gas atau uap menjadi cairan, dengan cara menurunkan temperaturnya melalui Kondensor.
Proses ketiga adalah karbonisasi, yakni konversi dari zat organik menjadi karbon atau residu yang mengandung karbon melalui proses pirolisis. Sementara proses produksi asap cair dengan Alat Destilator, melalui Destilasi. Yakni, pemisahan berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Campuran zat dididihkan sehingga menguap dan uap didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan.
Adapun alur pembuatan asap cair dimulai dengan penyedian bahan baku utama, penyusuna bahan baku ke dalam tungku Pirolisator, pembakaran bahan baku, proses Pirolisasi dan pendinginan, asap cair ditadah ke dalam wadah dan terakhir proses pengemasan hingga siap dijual.
Cuka kayu memiliki banyak manfaat diantaranya, menyediakan hara bagi tanaman, penghambat pertumbuhan mikroba/jamur, sebagai insektisida dan fungisida, sebagai obat gatal pada kulit, sebagai penghilang bau tidak sedap, penyerap racun, menghambat atau membunuh bakteri. “Selain itu, sebagai pemberi rasa, aroma dan pengawet pada makanan, penggumpal karet, penghilang bau lateks dan pengawet kayu,” kata Kepala UPT-KPHP Katingan Hulu. (rk1)
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *
Copyright © Radar-Kalteng.com