AIR limbah pembuangan dari perusahaan besar, kebanyakan menjadi momok ‘Menakutkan’ bagi mereka yang berada di sekitarnya. Namun tidak untuk masyarakat Desa Kelanis, Kecamatan Dusun Hilir, Kabupaten Barito Selatan (Barsel). Walaupun berada diwilayah stockpiling batu bara PT. Adaro Indonesia, masyarakat di sana merasa aman.
Pasalnya, pengolahan air limbah telah dilakukan sedemikian rupa menggunakan System Water Treatment (SISPAL, STP, WTP). Sehingga, dapat digunakan kembali oleh para karyawan untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari dan aman apabila dibuang.
Ahmad Rifani (35), salah satu warga Desa Kelanis mengatakan, dengan sistem pengolahan air limbah yang baik dan adanaya pengawasan ketat, dirinya tidak khwatir dengan air genangan di stockpiling batu bara tersebut.
“Air genangan batu bara tersebut, tidak langsung dialirkan ke sungai. Namun, diolah terlebih dulu dengan berbagai sistem sehingga dapat digunakan oleh karyawan PT. Adaro sendiri,” katanya, baru-baru ini.
Sementara CPBL Division Head Kelanis PT. Adaro Indonesia, Sutoto, menerangkan, dalam mengolah air limbah genangan batu bara yang ada di stockpiling tersebut, pihaknya memang menggunakan sistem SISPAL, STP, WTP.
“Ada beberapa tahapan yang kita lakukan, sehingga air yang dulunya sebagai limbah, menjadi layak konsumsi bagi karyawan. Seperti dipakai untuk mandi, mencuci pakaian, memasak, minum dan lainnya,” ungkap Sutoto.
Ia membeberkan, air limbah tersebut diolah melalui beberapa tahapan. Seperti, dialirkan ke kolam-kolam sediment yang memiliki beberapa sekat. Kemudian, disaring menggunakan alat yang disebut sebagai tahapan SISPAL.
Air lalu diolah lagi dengan menggunakan alat yang disebut Sewage Treatment Plant (STP), dengan kapasitas 162 meter kubik per hari. Setelah itu, masuk lagi ke tahapan Water Treatment Plant (WTP) dan bisa menghasilkan delapan meter kubik per jam. “Dari sekian banyak proses, air inilah yang sudah dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari karyawan,” sebutnya.
Ia menambahkan, dari pengolahan air limbah menjadi air layak guna tersebut pihaknya mendapatkan nilai terbaik workshop dalam satu tahun, pada 2017 lalu. “Kita mendapatkan penilaian hijau, dengan nilai 90 persen lebih dari Tata Graha Workshop pada tahun 2017,” ucapnya.
Selain itu, pihak PT Adaro juga membuat pupuk kompos dari sampah organik yang ada, untuk digunakan pada tanaman atau tumbuhan di sekitar Stockpiling Kelanis.
“Sampah organik kita olah melalui tahapan Organic Waste (Composting), hingga menjadi pupuk kompos yang digunakan untuk membuat tumbuhan di sekitar wilayah ini menjadi subur,” bebernya.
Goverment and Media relation PT. Adaro Indonesia, Idham Kurniawan menambahkan, pihaknya juga melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR).
Menurutnya, program ini sudah diluncurkan untuk enam kabupaten yang berada di provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) dan Kalimantan Selatan (Kalsel). “Khusus untuk wilayah Barsel, anggaran yang disiapkan pada 2017 sebesar Rp4,7 miliar, demikian juga pada 2018 ini,” ujarnya.
Menurutnya, program CSR tersebut dilaksanakan di sejumlah desa dan kelurahan. Terutama, yang masuk dalam ring satu dan berada di sekitar lokasi operasional perusahaan. “Tujuannya, untuk mendorong peningkatan perekonomian masyarakat sekitar perusahaan,” terangnya. (PENULIS: JULIUS M. SINAGA)
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *
Copyright © Radar-Kalteng.com