INOVASI - Siswa SMPN 4 Tewang Sangalang Garing saat mengerjakan Sumatif Akhir Semester (SAS) menggunakan Google Form. (FOTO: IST
SELAMA INI, pemandangan umum di Sumatif Akhir Semester (SAS) mata pelajaran IPS di SMPN 4 Tewang Sangalang Garing mungkin tidak jauh berbeda dengan sekolah-sekolah lainnya. Deretan siswa yang fokus menatap lembar soal bercetak, tangan-tangan yang sibuk menggoreskan jawaban dengan pulpen, dan tumpukan kertas yang menunggu giliran dikoreksi oleh para guru. Proses ini, meskipun sudah menjadi tradisi, tak jarang memakan waktu, biaya, dan tenaga yang tidak sedikit.
Maka dari itu, langkah awal penggunaan Google Form untuk pelaksanaan SAS merupakan sebuah terobosan menarik dan inovasi signifikan bagi SMPN 4 Tewang Sangalang Garing. Ini bukan sekadar pergantian media, melainkan sebuah lompatan menuju era digital yang selama ini mungkin belum sepenuhnya terjamah dalam praktik evaluasi/penilaian di sekolah tersebut.
Mengapa Google Form Menjadi Menarik?
Transformasi dari Analog ke Digital: Beralih dari kertas dan pulpen ke platform daring seperti Google Form adalah sebuah revolusi kecil. Ini memperkenalkan siswa dan guru pada cara kerja ujian yang lebih modern dan relevan dengan perkembangan teknologi. Siswa diajak untuk berinteraksi langsung dengan antarmuka digital, melatih kemampuan mereka dalam navigasi daring, dan menyesuaikan diri dengan format ujian yang berbeda.
Bayangkan, guru tidak perlu lagi menghabiskan berjam-jam untuk mendesain tata letak soal di kertas, mengurus percetakan, mendistribusikan, hingga mengumpulkan kembali lembar jawaban. Dengan Google Form, semua proses ini dapat terdigitalisasi. Khususnya untuk soal pilihan ganda, koreksi bisa berlangsung secara otomatis, memberikan hasil yang instan dan mengurangi beban kerja guru secara drastis. Waktu yang sebelumnya habis untuk administrasi dapat dialihkan untuk analisis hasil atau persiapan materi yang lebih mendalam.
Bagi banyak siswa, terutama yang terbiasa dengan metode konvensional, mengerjakan ujian di perangkat digital seperti handphone atau laptop bisa menjadi pengalaman yang menyegarkan. Meskipun mungkin ada adaptasi awal, ini melatih mereka untuk lebih fleksibel dan akrab dengan teknologi yang akan menjadi bagian tak terpisahkan dari masa depan mereka.
Penggunaan Google Form hanyalah pintu masuk. Keberhasilan implementasinya dapat membuka wawasan baru bagi SMPN 4 Tewang Sangalang Garing untuk menjelajahi inovasi lain dalam pembelajaran digital. Ini bisa menjadi pemicu untuk pengenalan materi interaktif, penggunaan sumber belajar daring, atau bahkan pengembangan platform pembelajaran internal di kemudian hari. Ini menunjukkan bahwa sekolah berani beradaptasi dan tidak terpaku pada metode lama.
Tentu saja, memperkenalkan hal baru selalu datang dengan tantangannya sendiri, terutama di area dengan keterbatasan akses internet. Namun, fakta bahwa SMPN 4 Tewang Sangalang Garing berani mempertimbangkan atau bahkan mulai mengimplementasikan Google Form untuk SAS IPS menunjukkan komitmen sekolah terhadap modernisasi dan peningkatan kualitas pendidikan. Ini adalah bukti bahwa sekolah tidak stagnan, melainkan terus mencari cara inovatif untuk memberikan pengalaman belajar dan evaluasi yang lebih baik bagi siswanya, sekaligus meringankan beban administratif para pendidik.
Inovasi ini, meskipun mungkin memerlukan penyesuaian dan solusi adaptif terkait infrastruktur, terutama untuk koneksi internet dengan Pemasangan Base Transceiver Station (BTS) di Desa Tewang Manyangen.
Ini adalah sebuah langkah maju yang patut diapresiasi. Ini menunjukkan bahwa SMPN 4 Tewang Sangalang Garing berani keluar dari zona nyaman “kertas dan pulpen” demi menyongsong masa depan pendidikan yang lebih dinamis dan terhubung. (*)
(Penulis : Yessi Kristiana, S.Pd, Mahasiswi Magister Pendidikan IPS Universitas Palangka Raya)
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *
Copyright © Radar-Kalteng.com