TEROR BUAYA - Seorang remaja bernama M. Jakal (16) mengalami beberapa luka gigitan dan cakaran buaya saat sedang mencari karang, Minggu (25/10/2020) sekitar pukul 18.00 WIB. FOTO: IST FOR RK
RADARKALTENG.COM, SAMPIT – Teror Buaya muara kembali menghantui warga. Seorang nelayan pencari karang di Muara Sungai Lampuyang, Desa Lampuyang, Kecamatan Teluk Sampit, kembali menjadi korbannya.
Seorang remaja bernama M. Jakal (16) warga setempat mengalami beberapa luka gigitan dan cakaran buaya, saat sedang mencari karang di habitat reftil ganas tersebut, Minggu (25/10/2020) sekitar pukul 18.00 WIB.
“Lukanya di kedua tangan dan kedua kaki. Kejadiannya pas habis magrib (waktu petang),” kata Ancah, salah satu warga setempat.
Disebutkannya, korban saat itu sedang mencari karang bersama sejumlah warga lainnya di lokasi yang berlumpur. Baru berlangsung puluhan menit, tiba-tiba korban teriak minta tolong. Sontak warga lansung menarik tubuh korban dan berhasil melepaskan gigitan buaya itu. “Korbannya selamat, langsung dibawa pulang,” imbuhnya.
Serangan buaya itu sudah terjadi dua kali selama bulan Oktober 2020 ini. Beberapa waktu lalu, kakak beradik juga mengalami hal yang sama saat mencari karang di lokasi tersebut.
Dikonfirmasi, Komandan BKSDA Pos Sampit, Muriansyah mengatakan, atas kejadian itu, pihaknya langsung membuat papan peringatan terkait bahaya serangan buaya jenis muara itu, di sekitar lokasi kejadian.
“Rencananya besok kita akan menemui korban dan memasang plang peringatannya. Kita selalu mengedepankan edukasi terhadap warga,” sebut Muriansyah.
Dijelaskannya, jauh hari, pihaknya sendiri sudah memberikan imbauan kepada masyarakat agar tidak mencari karang di lokasi kejadian pada malam hari. Pasalnya, lokasi tersebut merupakan habitat buaya.
“Di sisi lain, mencari karang itu merupakan usaha mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jadi kita hanya bisa memberikan edukasi, agar mereka bisa lebih berhati-hati,” tambahnya.
Lanjutnya, mengingat lokasi itu sudah menjadi habitat buaya, pihaknya akan kesulitan untuk merelokasi binatang pemasang itu. “Buaya itu binatang toritorial, jadi saat habitatnya terganggu dia akan berubah agesif, apalagi di malam hari,” timpalnya. (spt/rk)
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *
Copyright © Radar-Kalteng.com