LOKASI SAMBARAN BUAYA : Komandan BKSDA Pos Sampit bersama petugas kepolisian saat mengecek lokasi buaya yang menyerang Bahriah. FOTO : BKSDA FOR RK
RADARKALTENG.COM, SAMPIT – Buaya jenis muara kembali mengganas. Setelah seorang bocah 11 tahun di Desa Ganepo, Kecamatan Seranau, Kotim, mengalami luka gigitan di kaki dan pinggangnya, pada Rabu 30 Desember 2020 lalu, seorang nenek bernama Bahriah (74) harus mengalami patah kaki dan kehilangan tangan kirinya akibat diterkam reftil pemangsa tersebut.
Peristiwa pahit yang dialami Bahriah terjadi pada Jumat (01/01/2021) sekitar pukul 23.30 WIB, di tangga bagian dapur rumahnya di pinggiran Sungai Mentaya, Desa Pelangsian, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Kotim.
Ketika itu, Bahriah baru saja selesa buang air besar di jambar pinggir sungai, yang bersebelahan dengan Demaga Pelangsian. Setelah selesai, ia lalu turun ke tangga bermaksud hendak mencuci tangan. Saat itulah, tangan kirinya langsung disambar buaya yang diperkirakan berukuran lebih dari 3 meter tersebut.
Akibat tarikannya, korban langsung terjatuh hingga kakinya patah akibat terhempas tangga. Korban lalu berteriak minta tolong, hingga terdengar oleh seorang warga.
Warga yang mendengar langsung menarik tangan kanan korban, hingga korban tidak sampai diseret ke tengah sungai. Akibat kuatnya gigitan buaya itu, tangan kiri korban sampai putus.
“Habis itu nenek kami bawa ke rumah sakit. Selain tngan kirinya putus, kaki nenek juga patah,” kata Zulkifli, cucu korban.
Kejadian pilu yang menimpa nenek berperawakan gemuk tersebut langsung menyedot perhatian warga. Sejumlah organisasi masyarakat langsung menyerahkan bantuan jutaan rupiah kepada korban untuk biaya pengobatan korban yang kini masih terbaring di rumah sakit.
Menanggapi penomena mengganasnya buaya muara tersebut, Komandan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Pos Sampit, Muriansyah, menyebut sejumlah faktor.
“Untuk akhir tahun Oktober, November Desember dan awal tahun, dari Januari, Februari sampai Maret adalah masa kawin dan bertelur buaya. Jadi, itu yang membuat buaya lebih agresif,” ungkap Muriansyah, dibincangi, Minggu (03/01/2021).
Disebutkannya, selain faktor tersebut, akibat rusaknya habitat buaya menjadi salah satu pemicu reftil dengan gigitan terkuat tersebut kini hanyak menyasar ke permukuman warga hingga menjadi ancaman bagi warga yang bertempat tinggal di pinggiran sungai.
“Di tempat asalnya mulai kesulitan mencari makan. Ketika ada aktivitas manusia yang tanpa sengaja mengundang buaya datang ke perairan permukiman, terlebih di saat jam berburu buaya,” tambahnya.
Lanjut Muriansyah, selain dua faktor itu, adanya aktivitas masyarakat yang sering menbuang sampah rumah tangga di sungai, khususnya bangkai-bangkai binatang peliharaan, seperti kucing, anjing, ayam dan bebek salah satu penyebab buaya mulai menyisiri tepian sungai.
“Juga hindari memelihara hewan ternak di tepian atau atas sungai, karena itu bisa mengundang buaya,” imbuhnya.
Muriansyah mengaku pihaknya sudah melakukan cek lokasi serangan buaya tersebut, dan pihaknya akan memasang perangkap atau alat pancing buaya di sekitar Desa Pelangsian.
“Dari keterangan warga, buaya sudah sering muncul di sungai desa itu. Kita juga sudah memberi imbauan pada warga agar tidak melakukan aktivitas di air pada malam dan dini hari,” pungkasnya. (spt/rk)
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *
{{#message}}{{{message}}}{{/message}}{{^message}}Your submission failed. The server responded with {{status_text}} (code {{status_code}}). Please contact the developer of this form processor to improve this message. Learn More{{/message}}
{{#message}}{{{message}}}{{/message}}{{^message}}It appears your submission was successful. Even though the server responded OK, it is possible the submission was not processed. Please contact the developer of this form processor to improve this message. Learn More{{/message}}
Submitting…
Copyright © Radar-Kalteng.com